Klakson Series (1): Mereka Beragama Cinta


Oleh: Prasetyo Nurhardjanto

 

Pengantar: 

Klakson adalah catatan pribadi saya selama di Kalkuta. Dipilih kata klakson karena kota ini riuh sekali dengan suara klakson. Itu akan saya anggap sebagai suara yang menggembirakan, yang menceritakan pengalamatan saya di kota ini. Sebagai tulisan pribadi, saya mohon maaf jika ada yg kurang berkenan. Selamat membaca.

Don't wait leaders, just start person to person. (Mother Teresa)

======

Hari pertama di Kalkuta disambut  hujan deras saat siang hari. Saya melihat di google maps perlu 30 menit berjalan dari hostel ke Mother Teresa House.
Sambil menunggu hujan, saya bercakap dengan 2 orang. Seorang dari Cina, yang lainnya dari Spanyol. Dari percakapan tersebut, saya berhasil mengajak mereka ikut kelas pengarahan untuk volunteer di Mother Teresa. Gerimis masih turun saat kami menyusuri Russel St, Park St dan Bose Rd menuju Mother Teresa.
Setiap relawan memang harus mengikuti kelas pengarahan sebelum melayani. Pengarahan diadakan setiap Senin, Rabu, dan Jumat pukul 15.00.
Tiba di sana, sudah ada seorang gadis asal Belgia. Lalu datang juga 2 anak muda asal Jepang. Briefing dilakukan dua orang relawan asal Jerman dan Jepang. Mereka memberikan arahan bagaimana menjaga kesehatan baik soal makanan dan saat berinteraksi dengan para penghuni panti.


Ada 8 panti yang ditawarkan. Setiap panti menawarkan layanan bagi penghuni yang berbeda : anak cacat, anak jalanan, dan orang-orang yang sudah sekarat.
Saya memilih melayani di Kaligat, tempat pertama kali pelayanan ibu Teresa tahun 1950. Di sana ada sekitar 80 orang yang sudah sekarat, diambil dari jalanan di Kalkuta.
Setelah diberikan kartu relawan dan kalung kecil bergambar Ibu Teresa, saya melanjutkan ikut Misa. Saya mencoba mengajak teman-teman baru saya untuk bergabung, namun  mereka menolak halus. Ternyata dari 8 orang yang ikut briefing sore itu, hanya saya yang beragama Katolik. Mereka bercerita, bahwa panggilan melayani lebih pada niat berbagi sebagai pribadi ke pribadi. Mereka tidak ada intensi apapun.

Kami berpisah di Bose Rd. Saya mengikuti Misa harian, duduk tepat di sisi makam ibu Teresa yang meninggal tahun 1997 dan telah menjadi Santa sejak 2003.
Malam harinya, saat di Hostel saya bercakap dengan seorang yang juga relawan di Mother Teresa. Seorang mahasiswi asal Beijing Cina yang cuti kuliah satu semester hanya untuk melayani di sana. Sejak Mei ia di Kolkata dan berencana akan di sana sampai akhir Desember 2019.
Begitulah, teladan ibu Teresa telah memanggil orang per orang dari belahan dunia untuk untuk melayani di tanah Kalkuta.

Editor: Brian Prasetyawan

Woiii, umat Paroki Servatius. Kalo pada punya berita apa kek, poto apa kek, kegiatan apa kek, mao nyang lingkungan, apa nyang kategorial bisa ditongolin di media, kirim aja ke : parokisantoservatius@gmail.com