Di Kampung Sawah Tinggal Pilih Rasa
Ngeriung Pancasila - Foto :
Oleh: Eko Praptanto
Sore itu, saya lagi blusukan ke Bekasi Utara naik grab bike. Tiba-tiba telepon berbunyi,"Cenunut! Cenunut!"
"Mas, lokasi ngeriungnya di mana nih?" rupanya mas Muhammad Arifin dari Al Azis.
Saya berpikir sebentar. Dua hari sebelum hari Lahir Pancasila itu, memang ada 2 pertemuan bareng. Rapat Fornas Bhinneka Tunggal Ika, dan Ngeriung Memperingati Hari Lahir Pancasila. Lokasi kedua pertemuan itu cuma berjarak puluhan meter. Oh, mas Arifin bersama Gus Achmed Al Munawidiundang untuk ke Ngeriung Pancasila.
"Yasfi lurus, belok kanan ke arah Kelurahan Jati Murni. Nah, nanti ketemu belokan pertama, belok kanan lagi. Rada ujung!" jawab saya.
Sebelumnya, Kiai Muqorrobin Alazizst, pimpinan ponpes Al Azis, sudah memutuskan,"Saya ikut yang Fornas aja!"
Jangan heran, warga Kampung Sawah kalau ngeriung sudah bicara tentang kebangsaan, bukan lagi kerukunan yang sudah bawaan orok. Bentrok acara ngeriung udah sering, maka tinggal pilih rasa aja. Mau yang rada formal, belok lah ke Fornas, mau yang model sharing non formal, ambil yang lain.Bungkusnya sama kok: kudu "bergerak" karena sudah punya modal warisan pesodaraan!
NGERIUNG PANCASILA
Di acara Ngeriung Pancasila, para pengurus RT/RW, Pokdar, komunitas ngeJengkat, dan ponpes Al Azis lah yang kumpul. Mereka saling sharing tentang laku Pancasila yang telah ada di Kampung Sawah, beberapa kendala yang pernah terjadi, dan pemulihan-pemulihan yang dilakukan. Lahan tanah, sawah nyaris habis, banyak pendatang, ada kendala baru, lalu lakukan penyesuaian, beres. Para pendatang banyak yang dimudahkan menyesuaikan diri, karena sikap toleran warga asli Kampung Sawah. Inilah laku Pancasila yang bikin hangat dan memberi daya tahan.Sehabis sharing, mereka berbuka puasa bareng.
KEMAH KEBHINNEKAAN PELAJAR
Tak jauh dari lokasi Ngeriung Pancasila, cuma berjarak "jalan kaki 10 menit", Forum Nasional Bhinneka Tunggal Ika (Fornas BTIka) DPC Bekasi rapat sekaligus buka puasa bareng. Mereka berniat menyelenggarakan Kemah Kebhinnekaan Pelajar se-Kota Bekasi. Fornas BTIka yang punya tujuan melahirkan kader-kader kebhinekaan, ingin menggarap GenZ, khususnya pelajar jenjang SMP. Mereka akan dikumpulkan untuk berdiskusi, bermain, berdinamika kelompok, dan berkemah. Jalannya diskusi tentu saya tak tahu, karena cuma proposal saya yang hadir di situ. Selesai rapat, mereka berbuka puasa bareng.
Kan! Di Kampung Sawah, mau ke mana, tinggal pilih rasa. Seperti kulinernya, tinggal pilih, mau gabus pucung, bekasem, atau apa. Banyak! Beneran.
Woiii, umat Paroki Servatius. Kalo pada punya berita apa kek, poto apa kek, kegiatan apa kek, mao nyang lingkungan, apa nyang kategorial bisa ditongolin di media, kirim aja ke : parokisantoservatius@gmail.com